Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Konsep pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah landasan yang penting dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara, atau sebenarnya bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang berperan penting dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi semua orang, terutama bagi anak-anak pribumi di era kolonial Belanda. Konsep-konsep pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara memiliki nilai-nilai yang sangat relevan hingga saat ini, tetapi tetap memerlukan refleksi kritis agar bisa diterapkan secara efektif dan satu konsep utama dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah "tumbuh kembang" manusia. Menurutnya, pendidikan harus memperhatikan dan menghargai perkembangan alami dan potensi setiap individu. Pendidikan bukan hanya tentang memasukkan pengetahuan ke dalam pikiran siswa, tetapi juga tentang membangun karakter, kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kepekaan sosial. Hal ini sangat penting dalam menghasilkan generasi yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan masa dalam mengimplementasikan konsep ini, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah adanya kesenjangan dalam akses pendidikan di Indonesia. Meskipun Ki Hajar Dewantara berjuang untuk memperjuangkan hak pendidikan bagi semua orang, faktanya masih ada kesenjangan yang signifikan antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan, serta antara daerah yang kaya dan miskin. Pemerataan akses pendidikan menjadi hal yang krusial agar konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara bisa diwujudkan sepenuhnya. Selain itu, perlu juga refleksi kritis terhadap kurikulum dan metode pengajaran yang ada. Pendidikan yang terpusat pada pengajaran berbasis hafalan dan ujian sering kali mengabaikan aspek pengembangan karakter dan keterampilan lainnya. Model pendidikan yang memfokuskan pada hasil akademik semata bisa mengabaikan perkembangan holistik peserta didik. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi pendekatan yang lebih holistik, yang mengintegrasikan aspek akademik, karakter, dan keterampilan, sesuai dengan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara. Selain tantangan dalam implementasi, perlu juga refleksi kritis terhadap konteks sosial dan budaya yang terus berubah. Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi, pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk membekali peserta didik dengan keterampilan adaptasi, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kritis yang dibutuhkan dalam dunia kerja yang terus refleksi kritis terhadap konsep pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara, penting untuk mengakui nilai-nilai yang positif yang dimilikinya, seperti pentingnya menghargai perkembangan alami individu dan membangun karakter. Namun, juga penting untuk mengakui tantangan yang ada dalam implementasi konsep ini, seperti kesenjangan akses pendidikan, model pengajaran yang terlalu akademis, dan perubahan sosial dan budaya. Dengan melakukan refleksi kritis ini, kita dapat mengembangkan dan memperbaiki sistem pendidikan kita, sehingga tetap relevan dan efektif dalam menghadapi tantangan masa pemikiran Pendidikan KI Hajar Dewantara telah menjadi sorotan yang signifikan dalam perjalanan pendidikan di Indonesia. Dalam memahami dan merenungkan konsep ini, saya merasa tertantang untuk merefleksikan harapan dan ekspektasi yang muncul setelah memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang gagasan satu harapan yang timbul adalah adanya transformasi fundamental dalam sistem pendidikan kita. Pemikiran KI Hajar Dewantara menekankan pentingnya menghargai dan memuliakan setiap individu, serta memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing. Dalam idealisme ini, saya berharap bahwa sistem pendidikan kita akan bergerak dari paradigma yang terfokus pada standar dan evaluasi seragam, menuju pendekatan yang lebih inklusif dan personal. Saya berharap pendidikan akan menjadi wahana untuk mengembangkan setiap siswa sebagai individu yang unik, menghormati keberagaman, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang kuat. Selain itu, pemikiran KI Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai upaya untuk mengatasi ketidakadilan sosial. Harapan saya adalah bahwa konsep ini akan mendorong pemerintah dan pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan untuk berkomitmen secara lebih tegas dalam memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua lapisan masyarakat, terlepas dari latar belakang sosial, ekonomi, atau etnis. Saya berharap pendidikan tidak lagi menjadi alat yang memperkuat kesenjangan sosial, tetapi menjadi jembatan yang memperluas kesempatan bagi semua individu untuk berkembang dan menggapai potensi terbaik setelah memahami konsep pemikiran KI Hajar Dewantara, ekspektasi saya adalah adanya perubahan dalam paradigma pembelajaran. Pemikiran ini menekankan pentingnya pengalaman nyata, pembelajaran melalui tindakan, dan keterlibatan aktif siswa dalam proses pendidikan. Saya berharap pendidikan kita akan beralih dari pendekatan yang terlalu teoritis dan berpusat pada guru, menuju pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, interaktif, dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan praktis serta pemahaman konseptual yang dalam merefleksikan harapan dan ekspektasi ini, saya juga menyadari bahwa implementasi konsep pemikiran KI Hajar Dewantara akan menghadapi tantangan yang signifikan. Diperlukan dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan, perubahan struktural dalam sistem pendidikan, dan investasi yang berkelanjutan. Selain itu, pendidikan bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah dan sekolah, melainkan juga melibatkan peran aktif dari masyarakat, orang tua, dan individu itu sendiri. Lihat Pendidikan Selengkapnya
JAKARTA NP- Para praktisi dan pengamat pendidikan meminta Presiden Joko Widodo segera memberi perhatian sangat serius dan melakukan beberapa tindakan segera di bidang pendidikan. Para aktivis menegaskan bahwa pendidikan nasional sedang tidak baik-baik saja. "Pak Jokowi, mohon berikan perhatian kepada pendidikan nasional. Saat ini telah terjadi komersialisasi, kapitalisasi dan politisasiKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Seorang guru pasti menyadari ketika masuk ke dalam kelas akan dihadapkan dengan keberagaman muridnya. Mulai dari karakteristik murid yang berbeda-beda, minat murid yang beragam, gaya belajar yang berdeda-beda, tingkat pemahaman yang berbeda, dan sebagainya. Keberagaman tersebut merupakan tantangan bagi seorang guru. Seorang guru harus dapat memastikan setiap murid di kelas sukses dalam pembelajarannya. Dengan keberagaman tersebut tentunya guru harus menyadari bahwa setiap murid tidak bisa diberi perlakuan yang sama dalam pembelajaran. Lalu pembelajaran seperti apa yang dapat diterapkan untuk menghadapi keberagaman murid tersebut? Jawabannya adalah pembelajaran itu pembelajaran berdiferensiasi? Menurut Tomlinson 2000, Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru harus membuat keputusan masuk akal yang berorientasi pada kebutuhan murid. Kepusan-keputusan tersebut terkait dengan bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar, menentukan tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, melaksanakan Penilaian berkelanjutan, menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya, menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, manajemen kelas yang efektif serta menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara bagaimana cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas? Langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah memetakan kebutuhan belajar murid. Tomlinson 2001 dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan tiga aspek. ketiga aspek tersebut diantaranyaKesiapan belajarreadiness, yaitu kapasitas murid untuk mempelajari materi baru. Dalam hal ini guru dapat memetakan kesiapan murid dalam mempelajari materi baru, misalnya murid yang mana yang harus mendapatkan tugas yang mendasar dan yang mana yang harus mendapatkan tugas yang lebih transformatif, murid mana yang masih bergantung pada guru atau murid mana yang lebih mandiri dalam mengerjakan tugas, atau murid mana yang lebih cepat dalam memahami materi dan yang mana yang lebih lambat dalam memahami murid, murid juga memiliki minat sendiri, ada murid yang minatnya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat 'terlibat aktif' dalam proses belajar murid, Menurut Tomlinson dalam Hockett, 2018 profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Menurut Tomlinson 2001, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang diantaranya lingkungan, pengaruh budaya, visual, auditori, dan kinestetik. Setelah memetakan kebutuhan belajar murid kita harus menentukan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Ada tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu diantaranyaDiferensiasi konten atau apa yang diajarkan kepada proses mengacu pada bagaimana murid memahami atau memaknai informasi atau produk atau tagihan yang diharapkan dari murid Kemudian lingkungan seperti apakah yang mendukung dalam pembelajaran berdiferensiasi? Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi dibangun dengan menciptakan learning community komunitas belajar atau komunitas yang semua anggotanya adalah pembelajar. Hal tersebut ditandai dengan Iklim belajar di kelas yang mencerminkan karakteristik pembelajaran berdiferensiasi sepertiSetiap orang dikelas saling menyambut dengan baikSaling rasa amanAda harapan untuk pertumbuhanGuru mengajar untuk mencapai kesuksesanAda keadilan yang nyataGuru dan siswa berkolaborasi untuk tumbuh dan sukses berdiferensiasi sejalan dengan pendapat Ki Hajar Dewantara bahwa "Maksud pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat." Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan itu adalah "tuntunan" dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak agar mereka hidup dan tumbuh menurut menurut kodratnya sendiri. Karena pada hakikatnya setiap anak itu memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, anak-anak juga memilki minat dan bakat tersendiri. Sehingga sebagai seorang pendidik kita berkewajiban untuk menuntun anak didik agar tumbuh sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi kita dapat memberikan pembelajaran yang menuntun segala kodrat pada anak untuk mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Lihat Pendidikan Selengkapnya
2 Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara sebagai menteri pendidikan negara Indonesia yang pertama mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan adalah memenuhi kebutuhan dalam tumbuh kembang anak. Pendapat tersebut dapat dimaknai sebagai usaha untuk membimbing peserta didik sesuai dengan kemampuan alamiahnya.
via Tribun Kaltim Ki Hajar Dewantara - Hari Pendidikan Nasional berkaitan dengan salah satu pahlawan nasional, Ki Hajar Dewantara. Tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hardiknas oleh pemerintah untuk memperingati jasa-jasa Ki Hajar Dewantara pada dunia pendidikan Indonesia. Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan Belanda. Untuk mewujudkan agar rakyat Indonesia menjadi bangsa yang terpelajar, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa. Itu menjadi lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda. Baca Juga Dewaruci dan Khilafnya Negeri Bahari Hingga saat ini Perguruan Taman Siswa masih berkembang dan berpusat di kota Yogyakarta. Ajaran Ki Hajar Dewantara bagi dunia pendidikan juga terus dilestarikan. Ada tiga ajaran penting dari Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan pimpinan harus memberi teladan. Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan. Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan. Jika disatukan, kalimat itu menjadi βIng Ngarso Sun Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani.β Baca Juga Kartografi Dunia Berutang Kepada Rempah Maluku Ketiganya merupakan peran pendidikan. Ketika berada di depan untuk mengajar, ia mampu memancarkan aura kepemimpinan yang member suri tauladan. Membagikan keutamaan diri yang bersumber dari pengolahan dan refleksi terus menerus. Pada saatnya berada di tengah-tengah orang lain, ia mesti mampu menggelorakan semangat demi perubahan yang lebih baik. Ketika berada di belakang sebagai pengayom/penasehat, ia mampu menggerakkan orang-orang di depannya supaya kehendak tetap menggelora dan keteladanan tetap berjalan. PROMOTED CONTENT Video Pilihan ο»ΏSukarni(lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 - wafat di Jakarta, 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun), yang nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo, adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Sukarni adalah salah seorang tokoh pemuda dan pejuang yang gigih melawan penjajah. Peran Sukarni antara lain sebagai berikut.